Pakaiannya compang-camping, lusuh, kusam. Ia berjalan dengan bantuan
tongkat dan berpura-pura pincang. Rambut dan jenggotnya dibuat semrawut.
Dengan tampang meyakinkan, tak akan ada seorang pun yang tahu bahwa ia
adalah pengemis palsu. Benar, tak ada satu pun warga yang menguak
identitas aslinya. Ia merupakan seorang ulama dari Andalusia (saat ini
Spanyol dan negara sekitar), Imam Baqi bin Mikhlad.
Saat itu ia
ingin sekali belajar pada salah satu imam empat, Imam Ahmad. Ia pun
berangkat dari Eropa, menyeberangi Laut Tengah menuju Afrika, kemudian
melanjutkan perjalanan panjang ke Baghdad, Irak, tempat tinggal Imam
Ahmad. Tanpa kendaraan, Baqi yang saat itu masih berstatus penuntut ilmu
menempuh perjalanan panjang dengan berjalan kaki. Hanya satu tujuannya,
berguru pada sang imam.
Namun, Baqi mendengar kabar mengejutkan
begitu tiba di Baghdad. Khalifah yang berkuasa saat itu jauh dari jalan
Islam yang hanif. Imam Ahmad yang vokal pada kebenaran pun bereaksi
menasihati khalifah. Namun, sang imam yang sangat mengagungkan Alquran
dan sunah justru difitnah hingga dikucilkan. Ia juga dilarang mengajar
ataupun mengumpulkan para penuntut ilmu. Imam Ahmad dianggap menentang
paham yang dianut kekhalifahan. Sedihlah hati Baqi mendengar kondisi
Imam Ahmad, guru yang diharapkannya memberikan ilmu barang satu ayat.
Kendati
demikian, Baqi tetap mencari rumah Imam Ahmad. Tekadnya untuk berguru
telah bulat. Ia pun melangkahkan kaki ke rumah sang imam. Saat mengetuk
pintu, ternyata Imam Ahmadlah yang membukakannya. "Wahai Abu Abdullah,
saya seorang yang datang dari jauh, pencari hadis dan penulis sunah.
Saya datang ke sini pun untuk melakukan itu," ujar Baqi antusias.
"Anda dari mana?" tanya Imam Ahmad.
"Dari Maghrib al-Aqsa," jawab Baaqi.
Imam Ahmad pun menebak, "Dari Afrika?"
"Lebih jauh dari Afrika. Untuk menuju Afrika saya melewati laut dari negeri saya," jawab Baqi.
Imam
pun kaget mendengarnya, "Negeri asalmu begitu jauh. Aku sangat senang
jika dapat memenuhi keinginanmu dan mengajar apa yang kamu inginkan.
Akan tetapi, saat ini saya tengah difitnah dan dilarang mengajar," jawab
Imam Ahmad.
Tak
putus asa mendengarnya, Keinginan Baqi untuk berguru pada Imam Ahmad
tak mampu dibendung. Ia pun menawarkan berpura-pura menjadi pengemis.
"Saya tahu Anda tengah difitnah dan dilarang mengajar wahai Abu
Abdillah, akan tetapi tak ada yang mengenal saya di sini, saya sangat
asing di tempat ini. Jika Anda mengizinkan, saya akan mendatangi rumah
Anda setiap hari dengan mengenakan pekaian pengemis. Saya akan
berpura-pura meminta sedekah dan bantuan Anda setiap hari. Maka wahai
Abu Abdillah, masukkanlah saya ke rumah dan berilah saya pengajaran
meski hanya satu hadis," pinta Baqi berbinar.
Melihat tekadnya
yang begitu bulat dan amat giat menuntut ilmu, Imam Ahmad pun
menyanggupi. Namun, ia meminta syarat agar Baqi tak mendatangi tempat
kajian hadis ulama selain Imam Ahmad. Hal tersebut dimaksudkan agar Baqi
tak dikenal sebagai penuntut ilmu. Statusnya sebagai penuntut ilmu
sementara dirahasiakan.
Mendengar kesanggupan sang Imam, Baqi
pun begitu bahagia. Ia segera menyanggupi persyaratan itu. Hati Baqi
saat itu benar-benar dipenuhi bunga-bunga mekar nan indah. Keesokan
hari, Baqi pun mulai 'beraksi'. Ia mengambil sebuah tongkat, membalut
kepala dengan kain, dan pernak-pernik pengemis lain. Sementara itu,
sebuah buku dan alat tulis berada di balik baju samarannya itu.
Ketika
berada di depan pintu Imam Ahmad, Baqi dengan nada melas akan berkata,
"Bersedekahlah kepada orang miskin agar mendapat balasan pahala dari
Allah," ujarnya. Jika mendengarnya, Imam Ahmad segera membukakan pintu
dan memasukkan Baqi ke dalam rumahnya. Di dalam rumah, dimulailah proses
pengajaran ilmu yang amat diberkahi Allah itu. Demikian aktivitas itu
dilakukan setiap hari oleh Baqi dan sang guru. Dari proses belajar
diam-diam itu, Baqi mampu mengumpulkan 300 hadis dari Imam Ahmad.
Hingga
kemudian jabatan kekhalifahan berganti. Seorang Suni yang fakih
beragama, al-Mutawakkil, naik menjabat sebagai khalifah. Sejak itu,
sunah pun dibumikan kembali, bid'ah peninggalan khalifah sebelumnya
segera dihapuskan. Imam Ahmad pun kembali menjadi ulama Muslimin.
Kajiannya dibuka, para penuntut ilmu berbondong-bondong datang.
Sejak
itu, kedudukan Imam Ahmad makin tinggi dan terkenal. Jumlah muridnya
sangat banyak. Jika ia membuka majelis kemudian melihat Baqi, maka Imam
Ahmad segera memanggil Baqi dengan gembira. Imam Ahmad akan meminta Baqi
untuk duduk di samping beliau. "Inilah orang yang benar-benar
menyandang gelar penuntut ilmu," ujar Imam Ahmad kepada para muridnya.
Sang Imam pun mengisahkan pengalaman Baqi yang menyamar menjadi pengemis
demi mendengar satu hadis. Baqi pun kemudian menjadi murid dekat Imam
Ahmad. Ia di kemudian hari menjadi ulama terkenal dari kawasan
Andalusia.
Kisah tersebut nyata terjadi dan ditulis dalam
biografi Imam Baqi bin Miklad al-Andalusi. Dari kisah tersebut, tampak
jelas kegigihan beliau dalam menuntut ilmu. Kegigihan inilah yang patut
dicontoh Muslimin, terutama para pemuda. Apalagi menuntut ilmu dalam
Islam itu hukumnya wajib. Rasulullah juga pernah bersabda, "Barang siapa
berjalan dalam rangka menuntut ilmu maka akan dimudahkan jalannya
menuju surga." (HR. Muslim).
WALLAHU A'LAM BISSHOWAF
Qisshoh
Kamis, 13 Februari 2014
Senin, 03 Februari 2014
Habib Soleh Bin Muhsin Al Hamid Tanggul
Habib Soleh Bin Muhsin Al Hamid, Beliau adalah Seorang wali qhutub yang
lebih dikenal Dengan nama habib Sholeh Tanggul, Berasal dari Hadramaut
dan pertama kali melakukan da’wahnya ke Indonesia sekitar tahun 1921 M
dan menetap di daerah tanggul Jember Jawa timur. Mengisahkan tentang
Habib Sholeh Tanggul tidak bisa lepas dari peristiwa yang mempertemukan
dirinya dengan Nabi Khidir AS. Kala itu, layaknya pemuda keturunan Arab
lainnya, orang masih memanggilnya Yik, kependekan dari kata Sayyid, yang
artinya Tuan, sebuah gelar untuk keturunan Rasulullah.
Suatu ketika Yik Sholeh sedang menuju stasiun Kereta Api Tanggul yang
letaknya memang dekat dengan rumahnya. Tiba-tiba datang seorang pengemis
meminta ufang. Yik Sholeh yang sebenarnya membawa sepuluh rupiah
menjawab tidak ada, karena hanya itu yang dimiliki. Pengemis itupun
pergi, tetapi kemudian datang dan minta uang lagi. Karena dijawab tidak
ada, ia pergi lagi, tetapi lalu datang untuk ketiga kalinya. Ketika
didapati jawaban yang sama, orang itu berkata, “Yang sepuluh rupiah di
saku kamu?” seketika Yik Sholeh meresakan ada yang aneh. Lalu ia
menjabat tangan pengemis itu. Ketika berjabat tangan, jempol si pengemis
terasa lembut seperti tak bertulang. Keadaan seperti itu, menurut
beberapa kitab klasik, adalah ciri fisik nabi Khidir. Tangannyapun
dipegang erat-erat oleh Yik Sholeh, sambil berkata, “Anda pasti Nabi
Khidir, maka mohon doakan saya.” Sang pengemispun berdoa, lalu pergi
sambil berpesan bahwa sebentar lagi akan datang seorang tamu.
Tak lama kemudian, turun dari kereta api seorang yang berpakaian serba
hitam dan meminta Yik Sholeh untuk menunjukkan rumah Habib Sholeh.
Karena di sekitar sana tidak ada yang nama Habib Sholeh, dijawab tidak
ada. Karena orang itu menekankan ada, Yik Sholeh menjawab, “Di daerah
sini tidak ada yang nama Habib Sholeh, yang ada Sholeh, ya saya sendiri
ini, “Kalau begitu andalah yang saya cari,” jawab orang itu lalu pergi,
membuat Yik Sholeh tercengang.
Sejak itu, rumah Habib Sholeh selalu ramai dikunjungi orang, mujlai
sekedar silaturrahmi, sampai minta berkah doa. Tidak hanya dari tanggul,
tetapi juga luar Jawa bahkan luar negeri, seperti Belanda, Afrika,
Cina, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Mantan wakil Presiden Adam
malik adalah satu dari sekian pejabat yang sering sowan kerumahnya. Satu
bukti kemasyhuran beliau, jika Habib Sholeh ke Jakarta, penjemputnya
sangat banyak, melebihi penjemputan Presiden,” ujar KH. Abdillah yang
mengenal dengan baik Habib Sholeh
KH.Ahmad Qusyairi bin Shiddiq, mertua Kyai Abdul Hamid Pasuruan adalah
sahabat karib Habib Sholeh. Dulunya Habib Sholeh sering mengikuti
pengajian KH. Ahmad Qusyairi di Tanggul, tetapi setelah tanda-tanda
kewalian Habib Sholeh mulai menampak, KH. Qusyairilah yang mengaji
kepada Habib Sholeh.
Suatu saat, KH. Qusyairi sowan kepada rumah Habib Sholeh. Tidak seperti
biasa, sambutan Habib Sholeh begitu hangat, sampai dipeluknya erat-erat
sang Kyai. Habib pun menyembelih seekor kambing khusus untuk menjamu
sang teman karib. Disela-sela bercengkrama, Habib mengatakan bahwa itu
terakhir kali yang ia lakukan. Ternyata beberapa hari kemudian KH.
Qusyairi wafat di kediamannya di Pasuruan.
Tersebutlah seorang jenderal yang konon pernah mendapat hadiah pulpen
dari Presiden AS D. Esenhower. Suatu ketika pulpen itu raib saat dibawa
ajudannya kepasar (kecopetan). Karuan saja sang ajudan kalang kabut
kehilangan barang yang sangat dicintai oleh sang Jenderal dan takut
mendapat hukuman, sehingga disarankan oleh seorang kenalannya agar minta
tolong ke Habib Sholeh.
Sampai
di sana, Habib menyuruhnya mencari ke pasar Tanggul. Sekalipun aneh,
dituruti saja, dan ternyata pulpen itu tidak ditemukan. Habib menyuruh
lagi, lagi-lagi tidak ditemukan. Karena memaksa, Habib masuk kedalam
kamarnya, dan tak lama kemudian keluar dengan menjulurkan sebuah Pulpen.
“Apa seperti ini pulpen itu? Sang ajudan tertegun, karena ternyata
itulah pulpen sang jenderal yang sudah pindah ke genggaman pencopet.
Nama Habib Sholeh kian terkenal dan harum. Kisah-kisah yang menuturkan
karamah beliau tak terhitung. Tetapi perlu dicatat, karamah hanyalah
suatu indikasi kewalian seseorang. Kelebihan itu dapat dicapai setelah
melalui proses panjang yaitu pelaksanaan ajaran Islam secara Kaffah. Dan
itu dilakukan secara konsekwen dan terus menerus (istiqamah), sampai
dikatakan bahwa Istiqamah itu lebih mulia dari seribu karamah.
Tengok saja komitmen Habib terhadap nilai-nilai keislaman, termasuk
kepeduliannya terhadap fakir miskin, janda dan anak yatim, menjadi juru
damai ketika ada perselisihan. Beliau dikenal karena akhlak mulianya,
tidak pernah menyakiti hati orang lain, bahkan berusaha menyenangkan
hati mereka, sampai-sampai dikenal tidak pernah menolak permintaan
orang. Siapapun yang bertamu akan dijamu sebaik mungkin. Habib Sholeh
sering menimba sendiri air sumur untuk mandi dan wudu para tamunya.
Maka buah yang didapat, seperti ketika Habib Ahmad Al-Hamid pernah
berkata kepada baliau, kenapa Allah selalu mengabulkan doanya. Habib
Sholeh menjawab, “Bagaimana tidak? Sedangkan aku belum pernah melakukan
hal yang membuat-Nya Murka.”
Suatu hari datanglah seorang wanita dari Swiss kepada Habib Sholeh bin
Muhsin Al-Hamid. Wanita Swiss tersebut sebelumnya bermimpi aneh. Di
dalam mimpinya ia ketemu dengan seorang yang memperkenalkan dirinya
sebagai Habib Sholeh dari Tanggul Jember Indonesia.
Tanpa banyak berpikir, si wanita pun menurut dan langsung terbang dari
Swiss menuju Indonesia, ke Tanggul, sebuah tempat yang namanya asing
baginya. Ternyata ia mempunyai persoalan rumit. Empat hari lagi ia akan
menikah dengan seorang pria yang ia cintai. Tetapi malang, pria tersebut
ternyata digaet oleh seorang perempuan jalang. Maka rencana pernikahan
pun terancam batal.
Di tengah-tengah kegalauannya itulah, di suatu malam, ia bermimpi
didatangi seseorang yang kemudianmemperkenalkan dirinya sebagai Habib
Sholeh yang katanya beralamat di Tanggul, Jember, Indonesia. Kepadanya
dikatakan, Habib Sholeh itu dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Itulah yang membuatnya penasaran dan ingin segera mencari tahu dan
menemui seorang Habib seperti dimaksud dalam mimpinya.
Tak disangka, setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, ia pun tak mendapatkan kesulitan yang berarti. Setelah bertanya ke petugas bandara tentang siapa gerangan Habib Sholeh Tanggul, ternyata salah seorang di antara petugas ada yang tahu dan bersedia mengantarnya.
Di sana ia terkejut. Ternyata ia betul-betul melihat orang yang sama persis dengan yang dilihatnya dalam mimpi. Tak lain tak bukan, dialah Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid. Pada saat itu kebetulan sedang banyak tamu. Setelah memperkenalkan diri, tak lama kemudian, ia dipersilahkan masuk dan berganti pakaian. Sebab ia orang Eropa yang biasa dengan pakaian bebas. Setelah itu, ia pun dipersilahkan mengutarakan maksud kedatangannya.
Tidak lama ia bertamu di kediaman Habib Sholeh. Sebab setelah itu, sang Habib menyuruhnya segera bertolak ke Swiss. Kepadanya dikatakan “Segeralah pulang ke Swiss. Nanti setibanya kamu disana, calon suamimu akan menangis di depan pintu rumahmu sambil mengakui kesalahannya dan memohon maaf kepadamu.” Tanpa banyak tanya lagi, wanita itu pun segera bertolak menuju Swiss.
Tak disangka, setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, ia pun tak mendapatkan kesulitan yang berarti. Setelah bertanya ke petugas bandara tentang siapa gerangan Habib Sholeh Tanggul, ternyata salah seorang di antara petugas ada yang tahu dan bersedia mengantarnya.
Di sana ia terkejut. Ternyata ia betul-betul melihat orang yang sama persis dengan yang dilihatnya dalam mimpi. Tak lain tak bukan, dialah Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid. Pada saat itu kebetulan sedang banyak tamu. Setelah memperkenalkan diri, tak lama kemudian, ia dipersilahkan masuk dan berganti pakaian. Sebab ia orang Eropa yang biasa dengan pakaian bebas. Setelah itu, ia pun dipersilahkan mengutarakan maksud kedatangannya.
Tidak lama ia bertamu di kediaman Habib Sholeh. Sebab setelah itu, sang Habib menyuruhnya segera bertolak ke Swiss. Kepadanya dikatakan “Segeralah pulang ke Swiss. Nanti setibanya kamu disana, calon suamimu akan menangis di depan pintu rumahmu sambil mengakui kesalahannya dan memohon maaf kepadamu.” Tanpa banyak tanya lagi, wanita itu pun segera bertolak menuju Swiss.
Lama tak terdengar kabar, beberapa bulan kemudian, wanita tersebut
datang kembali. Namun dengan keadaan yang berbeda. Ternyata apa yang
dikatakan oleh Habib Sholeh kepadanya pada kunjungannya yang pertama
menjadi kenyataan. Kini ia telah hidup bahagia sebagai sepasang suami
istri. Kepada Habib Sholeh ia berucap terima kasih. Dan ia pun
menawarkan apa saja yang Habib Sholeh minta, semuanya akan ia penuhi.
Tetapi sebagai seorang waliyullah, Habib Sholeh tak mengharapkan imbalan
apapun, melainkan ikhlas karena Allah semata.
‘Hanya saja, kalau boleh saya meminta.” Ujar sang Habib, “dan tidak ada
sama sekali paksaan……kalau kamu berkenan, saya meminta kamu memeluk
islam.” Alhamdulillah, dengan penuh kesadaran serta keikhlasan, wanita
tersebut beserta suaminya memeluk agama Islam.
Pada saat Adam Malik ( mantan Menteri Luar Negeri ) menjabat sebagai
Kepala Kantor Berita Antara; suatu saat lewat Lembaga yang dipimpinnya,
beliau mengungkap keterlibatan Menlu Soebandrio, yang saat itu dikenal
sebagai tokoh berfaham ajaran komunis. Karuan saja, berita-berita yang
dimuat itu membuat Soebandrio dan jajarannya kalang kabut karena merasa
terpojokkan. Ia marah besar dan mengancam Adam Malik.
Mendapat ancaman tersebut, Adam Malik pun berusaha mencari
perlindungan. Maka datanglah ia kepada Habib Sholeh Al-Hamid di Tanggul,
Jember. Adam Malik menceritakan latar belakang persoalannya. Mendengar
pengaduan itu, Habib Sholeh Tanggul hanya tersenyum. Beliau berkata :
“Jangan takut terhadap ancamannya. Nanti kamu yang akan menggantikan
kedudukannya.”
Alhamdulillah, waktu pun berjalan dan Adam Malik selamat dari ancaman
Soebandrio dan gerombongan komunis lainnya. Dan sesuai dengan ramalan
Habib Sholeh, setelah Soeharto menjabat Presiden, giliran Adam Malik
yang menjabat menteri luar negeri.
Kisah serupa terjadi sekitar 30 tahun yang lalu. Alwi Shihab mantan
menteri luar negeri di era presiden K.H. Abdurrahman Wahid, pernah
datang ke kediaman Habib Sholeh Tanggul. Pada masa itu, ia datang
diantar oleh ayahandanya. Keperluannya mohon doa restu untuk belajar ke
luar negeri. Tujuannya belajar ke Amerika di Harvard University.
Pada kesempatan itu, Alwi Shihab mengutarakan apa yang menjadi problemnya. Antara lain, ia tidak punya biaya yang cukup untuk mengurus visa dan paspor. Mendengar keluhan Alwi Shihab, Habib Sholeh Tanggul menyarankan agar Alwi Shihab mandi di ke dua sumur yang terdapat di sekitar kediamannya.
Pada kesempatan itu, Alwi Shihab mengutarakan apa yang menjadi problemnya. Antara lain, ia tidak punya biaya yang cukup untuk mengurus visa dan paspor. Mendengar keluhan Alwi Shihab, Habib Sholeh Tanggul menyarankan agar Alwi Shihab mandi di ke dua sumur yang terdapat di sekitar kediamannya.
Alwi Shihab pun mandi mandi di ke dua sumur tersebut. Setelah itu,
kepada Alwi Shihab, Habib Sholeh Tanggul menasehati agar ia datang ke
Adam Malik yang saat itu menjabat Menlu. Kontan, Alwi Shihab mengatakan
kekhatirannya karena Ia hanya rakyat biasa, bagaimana bisa bertemu
dengan seorang menteri?
Mendengar kekhawatiran Alwi Shihab, akhirnya Habib Sholeh menasehatinya
agar tidak takut, seraya menyuruhnya supaya menemui Adam Malik dengan
membawa surat darinya, “Bawa surat saya ini. Jangan takut pada Adam
Malik, kelak kamu akan menjadi seperti Adam Malik.” Kata Habib Sholeh
Tanggul. Ternyata di kemudian hari, ucapan Habib Sholeh menjadi sebuah
kenyataan, Alwi Shihab menjadi Menteri di Era Presiden Gus Dur.
Minggu, 02 Februari 2014
Kisah Keberanian Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ketika Rasulullah
S.A.W. sedang shalat, Uqba bin Muayt datang menghampiri Rasulullah S.A.W.
dengan sebuah tali. Rasulullah S.A.W. sedang bersujud. Dia melempar
talinya melingkari leher Rasulullah S.A.W. dan mencekiknya hingga Rasulullah
S.A.W. mulai mengeluarkan suara “aaaakkkhhhh” karena kesakitan.
Apakah alasan kau membunuhnya karena dia berkata “Aku beriman pada Allah yang satu? Dan dia tidak hanya mengaku-ngaku, tapi dia juga punya banyak buktinya.” Abu Bakar berkata “Jika dia berbohong, maka hidupnya akan runtuh. Kau tidak perlu mengurusnya. Tapi jika dia bicara jujur dan dia benar-benar Rasul Allah, apapun yang dijanjikan kepadamu, akan datang padamu."
ALLOHUMMA SHOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD.
Ketika ini
terjadi, para sahabat menyaksikan dan orang-orang Quraisy ada disana. Dan
tiba-tiba, Abu Bakar As Saddiq R.A. lewat. Dia melihat Uqba bin Abi Muayt
mencekik Rasulullah S.A.W. Jadi dia menghampirinya dan mendorong Uqba bin Abi
Muayt. Setelah dia mendorongnya, dia membacakan ayat: “Apakah kamu akan
membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah”
(Q.S. Al-Mu’min:40)
Apakah alasan kau membunuhnya karena dia berkata “Aku beriman pada Allah yang satu? Dan dia tidak hanya mengaku-ngaku, tapi dia juga punya banyak buktinya.” Abu Bakar berkata “Jika dia berbohong, maka hidupnya akan runtuh. Kau tidak perlu mengurusnya. Tapi jika dia bicara jujur dan dia benar-benar Rasul Allah, apapun yang dijanjikan kepadamu, akan datang padamu."
Pernyataan ini
telah diucapkan seseorang yang hidup di zaman Musa A.S. Ketika Fir’aun menyuruh
tentara-tentaranya untuk membunuh Musa A.S., ada seseorang dari keluarga
Fir’aun yang menyembunyikan keimanannya. Dia mengucapkan pernyataan ini untuk
melawan Fir’aun. Dia berkata “Apakah kau akan membunuh Musa A.S. hanya karena
dia berkata “Aku beriman pada Allah yang satu?”
Jadi Abu Bakar As
Saddiq R.A. mengucapkan hal yang sama kepada Uqbah. Apakah kau akan membunuh
Rasulullah S.A.W.. hanya karena dia berkata “Aku beriman pada Allah yang satu?”
Pada
suatu hari,
Ali R.A. sedang memberikan ceramah, dan dia berkata kepada orang-orang
“Siapa
orang yang paling kuat?” Orang-orang berkata “Ali R.A., kau yang paling
kuat.” Mereka berpikir begitu karena Ali R.A. selalu siap untuk
bertarung melawan siapapun. Siapapun
yang ingin melawan umat Muslim. Dia-lah pahlawan
pada perang Khaybar. Dia pernah menggunakan pintu kastil sebagai tameng,
ini pintu biasa, ini adalah pintu kastil! Bayangkan betapa
kuatnya dia. Jadi orang-orang
mengatakan bahwa Ali R.A. adalah orang yang paling kuat.
Ali R.A. berkata
“Aku siap bertarung dengan orang-orang yang menantangku, Meskipun begitu, Abu
Bakar As Saddiq R.A. melawan siapapun yang menantang Rasulullah S.A.W. Dia
lebih kuat daripada aku.”
Abu Bakar adalah
orang yang paling berani dalam umat ini setelah Rasulullah S.A.W. Seseorang
dapat menyadari kekuatan hatinya pada perang Badar, Uhud, Parit, Hudaibiyah,
dan Hunain. Semua ini cukup untuk membuktikan ketabahan, keteguhannya, dan
menguatkan seluruh umat Islam ketika tragedi terbesar menimpa umat Islam, yaitu wafatnya
Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam.ALLOHUMMA SHOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD.
QISSHOH CINTA DAN PENGORBANAN SEORANG IBU...
IBUKU YANG MEMPUNYAI SATU MATA
Ibuku cuma mempunyai satu mata,aku benci dia, dia begitu memalukanku. Dia memasak untuk murid murid dan guru guru guna mencukupi kebutuhan keluargaku.
Disuatu hari waktu saya sekolah di sekolah dasar, ibu mendatangiku dan mengucapkan salam padaku. Aku begitu malu saat itu, bagaimana bisa dia melakukan itu padaku, di depan teman teman ku.... Aku abaikan dia dan melemparkan pandangan benci padanya sambil berlari.
Keesokan harinya , salah seorang teman dikelasku mengejekku dengan mengatakan, eeee.....!! rupanya ibumu cuma punya satu mata ya....! Aku sangat malu sekalidan ingin mati rasanya, Aku juga ingin ibuku pergi dari kehidupan ku. Aku bertengkar hebat dengan ibuku dan kukatakan kepadanya : kalau ibu jadi sumber bahan tertawaan teman2 ku , mengapa ibu tak mati saja...!!! Dia tak mnjawab !!! Aku sama sekali tidak mau berfikir tentang apa yang kukatakan karena aku sangat marah kepadanya. Aku tidak memperdulikan apapun perasaan nya. Aku ingin keluar dari rumah itu ...!! Jadi aku belajar dengan keras dan sungguh sungguh agar aku mndapat ksempatan belajar di luar negri...
Singkat cerita aku menikah , beli rumah, punya anak dan hidup bahagia dikota, jauh sekali dari kehidupan ibuku.... Suatu waktu ibu mengunjungiku, sudah bertahun tahun tidak melihatku dan bahkan belum pernah bertemu cucunya. Ketika ibu berdiri di depan pintu , anak anakku mentertawakannya... Aku berteriak kepadanya : betapa beraninya kamu datang kerumahku dan menakuti anak anakku ....!!! Pergi dari sini sekarang...!!!! Ibuku menjawab dengan perlahan : ma'af,... saya salah alamat, dan kemudian dia pun pergi.
Suatu waktu , ada undangan reuni yang di krimkan ke rumahku. Jadi aku berbohong pada istriku , kukatakan padanya bahwa aku ada tugas keluar kota. Seusai reuni, aku mampir ke kampung halamanku untuk sekedar rasa ingin tahu... Salah seorang tetanggaku menghampiriku dan mengatakan bahwa ibuku telah meninggal dunia... Aku tidak terharu ataupun meneteskan air mata sedikitpun...!!!
Tetanggaku itu menyerahkan sepucuk surat dari ibu untukku...:
Anakku tersayang......
Aku memikirkanmu setiap waktu....
Ma'afkan aku telah datang ke rumahmu dan membuat takut anak anakmu...
Aku sangat gembira ketika kudengar kau akan datang ke reuni...
Tapi sayangnya aku tak bisa bangkit dari tempat tidur untuk melihatmu...
Ma'afkan aku yang membuatmu malu saat kita masih bersama....
Ketahuilah wahai anakku....
Ketika engkau masih kecil....
Kau mengalami kecelakaan yang membuatmu kehilangan matamu...
Sebagai ibu, aku tidak bisa berdiam diri membiarkanmu tumbuh dengan satu mata saja...
Karena itu ,... Qberikan satu mataku padamu...
Aku sangat bangga pada anakku yang telah memperlihatkanku dunia baru untukku....
Di tempatku.., dengan mata itu...
Bersama cintaku....
Ibu mu....... Ummuka.......
Sabtu, 01 Februari 2014
Karomah Imam Nawawi al-Bantani
Nama Syeikh Nawawi al-Bantani sejak lama dikenal sebagai salah satu ulama besar yang pernah dilahirkan bumi nusantara. Penguasaan Syeikh Nawawi terhadap berbagai displin ilmu agama yang meliputi fikih, tasawuf, tauhid, tafsir dan hadits membuat namanya masyhur hingga kota Mekah, Arab Saudi.
Syeikh Nawawi memiliki nama asli Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi. Syeikh Nawawi lahir di desa Tanara, kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten pada tahun 1230 H atau 1813 M. Buah dari pernikahan seorang Ulama Banten, ‘Umar bin ‘Arabi dengan Zubaedah. Syeikh Nawawi diketahui merupakan salah satu dari keturunan Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari Cirebon.
Sejak kecil, kecerdasan Syeikh Nawawi lebih menonjol di antara teman-teman seusianya. Melihat potensi yang dimiliki Syeikh Nawawi, membuat sang ayah mensekolahkan Syeikh Nawawi kecil ke sejumlah pesantren di pulau Jawa. Memasuki usia 15 tahun, Syeikh Nawawi melanjutkan pendidikan agama ke kota Mekkah, Arab Saudi.
Di Mekah, Syeikh Nawawi berguru kepada sejumlah ulama besar seperti Abdul Hamîd Daghestani, Syeikh Muhammad Khatib Hambali, Syeikh Ahmad Dimyati, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan dan Syeikh Sayyid Ahmad Nahrawi. Tidak hanya itu saja, Syeikh Nawawi juga belajar agama dengan dua ulama besar Madinah, yaitu Syeikh Ahmad Zaini Dahlan dan Syeikh Muhammad Khatib dan .
Syeikh Nawawi sempat kembali ke tanah air untuk mengajarkan ilmu agama yang telah beliau kuasai. Sayang, situasi dan kondisi tanah air yang bergejolak akibat penjajahan Belanda. Pihak Belanda mencemaskan kehadiran Syeikh Nawawi di Banten bakal kembali menggelorakan semangat pemberontakan, Situasi ini membuat Syeikh Nawawi memutuskan untuk kembali menyingkir ke kota Mekkah.
Nama Syeikh Nawawi mulai masyhur saat beliau memutuskan membuka balai pengajaran di halaman rumahnya yang terletak di Syi’ib ‘Ali, Mekah. Dari berawal hanya segelintir murid, namun lamban-laun jumlah muridnya terus bertambah. Nama Syeikh Nawawi tidak hanya terkenal di kota Mekah dan Medinah saja. Kemasyhuran nama Syeikh Nawawi bahkan hingga mencapai negeri para Nabi, Mesir. Sehingga tidak heran Mesir menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Meski terhalang jarak yang jauh, tidak menghilangkan kecintaan Syeikh Nawawi kepada Indonesia. Beliau pun terus mengobarkan semangat nasionalisme kepada para muridnya yang berasal dari Indonesia. Sejumlah ulama besar Indonesia yang menjadi pahlawan Indonesia merupakan murid dari Syeikh Nawawi. Seperti Kyai Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdhatul Ulama), Kyai Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), Kyai Khalil Bangkalan dan Kyai Asnawi Kudus.
Yang membuat nama Syeikh Nawawi terus hidup hingga saat ini tidak terlepas dari produktifitasnya dalam mengarang puluhan kitab agama yang mencakup bidang fiqih, tauhid, tasawwuf, tafsir, dan hadis. Jumlah kitab yang telah beliau karang mencapai 115 kitab. Sejumlah kitab karangan Syeikh Nawawi di antaranya adalah: Sullam al-Munajah (syarah Safinah al-Shalah) dan Nashaih al-‘Ibad (syarah al-Manbahatu ‘ala al-Isti’dad li yaum al-Mi’ad).
Tidak hanya itu saja, Tafsir Al-Munir, Kasyf al-Maruthiyyah (syarah Matan al-Jurumiyyah), Tanqih al-Qaul al-Hatsits (syarah Lubab al-Hadits), Madarij al-Shu’ud (syarah Maulid al-Barzanji), Fath al-Majid (syarah al-Durr al-Farid), Kasyifah al-Saja (syarah Safinah al-Naja) dan ‘Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain juga merupakan karangan dari Syeikh Nawawi.
Sejumlah pakar tafsir menilai kitab tafsir karangan Syeikh Nawawi, Tafsir al-Munir lebih baik dari kitab Tafsir Jalalain yang dikarang oleh dua ulama besar, Imam Jalaluddin al-Suyuthi dan Imam Jalaluddin al-Mahalli yang sangat terkenal itu. Sementra itu kitab fiqih karangan beliau, ’Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain menjadi kitab rujukan utama bagi para santri di sejumlah pesantren di Indonesia selama hampir seabad.
Atas pemahaman mendalamnya tersebut, Syeikh Nawawi mendapat gelar al-Sayyid al-‘Ulama al-Hijaz (Tokoh Ulama Hijaz/Jazirah Arab). Seorang ulama asal Mesir, Syeikh Umar Abdul Jabbar memasukkan nama Syeikh Nawawi dalam kitabnya “Al-Durus min Madhi al-Ta’lim wa Hadlirih bi al-Masjidil al-Haram. Kitab tersebut berisi kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di Masjidil Haram.
Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi menikah dengan gadis asal Tanara, Nyai Nasimah. Buah dari pernikahanya tersebut, Syeikh Nawawi dikaruniai 3 anak: Nafisah, Maryam, Rubi’ah.
Syeikh Nawawi wafat di Mekah pada tanggal 25 syawal 1314 H/ 1897 M. Tapi ada pula yang mencatat tahun wafatnya pada tahun 1316 H/ 1899 M. Syeikh Nawawi dimakamkan di lokasi pemakaman Ma’la yang terletak di Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan makam putri Khalifah Islam pertama Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq, Asma binti Abu Bakar al-Siddîq.
Karomah Syeikh Nawawi
1.Diceritakan pada suatu waktu pernah beliau mengarang kitab dengan menggunakan telunjuk beliau sebagai lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam syuqduf yakni rumah-rumahan di punggung unta, yang beliau diami, sementara aspirasi tengah kencang mengisi kepalanya. Syaikh Nawawi kemudian berdoa memohon kepada Allah Ta’ala agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu menerangi jari kanannya yang untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama Marâqi al-‘Ubudiyyah syarah Matan Bidâyah al-Hidayah itu harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu membawa bekas yang tidak hilang.
2.Karamah beliau yang lain juga diperlihatkannya di saat mengunjungi salah satu masjid di Jakarta yakni Masjid Pekojan. Masjid yang dibangun oleh salah seorang keturunan cucu Rasulullah saw Sayyid Utsmân bin ‘Agîl bin Yahya al-‘Alawi, Ulama dan Mufti Betawi (sekarang ibukota Jakarta),[6] itu ternyata memiliki kiblat yang salah. Padahal yang menentukan kiblat bagi mesjid itu adalah Sayyid Utsmân sendiri.
Tak ayal , saat seorang anak remaja yang tak dikenalnya menyalahkan penentuan kiblat, kagetlah Sayyid Utsmân. Diskusipun terjadi dengan seru antara mereka berdua. Sayyid Utsmân tetap berpendirian kiblat Mesjid Pekojan sudah benar. Sementara Syaikh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat mesti dibetulkan. Saat kesepakatan tak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syaikh Nawawi remaja menarik lengan baju lengan Sayyid Utsmân. Dirapatkan tubuhnya agar bisa saling mendekat.
“ “Lihatlah Sayyid!, itulah Ka΄bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka΄bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak kekiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke Ka΄bah". Ujar Syaikh Nawawi remaja. ”
Sayyid Utsmân termangu. Ka΄bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syaikh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsmân merasa takjub dan menyadari , remaja yang bertubuh kecil di hadapannya ini telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya nur basyariyyah. Dengan karamah itu, di manapun beliau berada Ka΄bah tetap terlihat. Dengan penuh hormat, Sayyid Utsmân langsung memeluk tubuh kecil beliau. Sampai saat ini, jika kita mengunjungi Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser, tidak sesuai aslinya.
3.Telah menjadi kebijakan Pemerintah Arab Saudi bahwa orang yang telah dikubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota. Lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa pandang bulu. Siapapun dia, pejabat atau orang biasa, saudagar kaya atau orang miskin, sama terkena kebijakan tersebut. Inilah yang juga menimpa makam Syaikh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.
Terang saja kejadian ini mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil. Pemerintah melarang membongkar makam tersebut. Jasad beliau lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Hingga sekarang makam beliau tetap berada di Ma΄la, Mekah.
Demikianlah karamah Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Tanah organisme yang hidup di dalamnya sedikitpun tidak merusak jasad beliau. Kasih sayang Allah Ta’ala berlimpah pada beliau. Karamah Syaikh Nawawi yang paling tinggi akan kita rasakan saat kita membuka lembar demi lembar Tafsîr Munîr yang beliau karang. Kitab Tafsir fenomenal ini menerangi jalan siapa saja yang ingin memahami Firman Allah swt. Begitu juga dari kalimat-kalimat lugas kitab fiqih, Kâsyifah al-Sajâ, yang menerangkan syariat. Begitu pula ratusan hikmah di dalam kitab Nashâih al-‘Ibâd. Serta ratusan kitab lainnya yang akan terus menyirami umat dengan cahaya abadi dari buah tangan beliau.
http://neomisteri.com/2012/08/mengenal-sosok-syeikh-nawawi-al-bantani/
Syeikh Nawawi memiliki nama asli Abu Abdul Mu’ti Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin ‘Arabi. Syeikh Nawawi lahir di desa Tanara, kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten pada tahun 1230 H atau 1813 M. Buah dari pernikahan seorang Ulama Banten, ‘Umar bin ‘Arabi dengan Zubaedah. Syeikh Nawawi diketahui merupakan salah satu dari keturunan Syarif Hidayatullah yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari Cirebon.
Sejak kecil, kecerdasan Syeikh Nawawi lebih menonjol di antara teman-teman seusianya. Melihat potensi yang dimiliki Syeikh Nawawi, membuat sang ayah mensekolahkan Syeikh Nawawi kecil ke sejumlah pesantren di pulau Jawa. Memasuki usia 15 tahun, Syeikh Nawawi melanjutkan pendidikan agama ke kota Mekkah, Arab Saudi.
Di Mekah, Syeikh Nawawi berguru kepada sejumlah ulama besar seperti Abdul Hamîd Daghestani, Syeikh Muhammad Khatib Hambali, Syeikh Ahmad Dimyati, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan dan Syeikh Sayyid Ahmad Nahrawi. Tidak hanya itu saja, Syeikh Nawawi juga belajar agama dengan dua ulama besar Madinah, yaitu Syeikh Ahmad Zaini Dahlan dan Syeikh Muhammad Khatib dan .
Syeikh Nawawi sempat kembali ke tanah air untuk mengajarkan ilmu agama yang telah beliau kuasai. Sayang, situasi dan kondisi tanah air yang bergejolak akibat penjajahan Belanda. Pihak Belanda mencemaskan kehadiran Syeikh Nawawi di Banten bakal kembali menggelorakan semangat pemberontakan, Situasi ini membuat Syeikh Nawawi memutuskan untuk kembali menyingkir ke kota Mekkah.
Nama Syeikh Nawawi mulai masyhur saat beliau memutuskan membuka balai pengajaran di halaman rumahnya yang terletak di Syi’ib ‘Ali, Mekah. Dari berawal hanya segelintir murid, namun lamban-laun jumlah muridnya terus bertambah. Nama Syeikh Nawawi tidak hanya terkenal di kota Mekah dan Medinah saja. Kemasyhuran nama Syeikh Nawawi bahkan hingga mencapai negeri para Nabi, Mesir. Sehingga tidak heran Mesir menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Meski terhalang jarak yang jauh, tidak menghilangkan kecintaan Syeikh Nawawi kepada Indonesia. Beliau pun terus mengobarkan semangat nasionalisme kepada para muridnya yang berasal dari Indonesia. Sejumlah ulama besar Indonesia yang menjadi pahlawan Indonesia merupakan murid dari Syeikh Nawawi. Seperti Kyai Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdhatul Ulama), Kyai Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah), Kyai Khalil Bangkalan dan Kyai Asnawi Kudus.
Yang membuat nama Syeikh Nawawi terus hidup hingga saat ini tidak terlepas dari produktifitasnya dalam mengarang puluhan kitab agama yang mencakup bidang fiqih, tauhid, tasawwuf, tafsir, dan hadis. Jumlah kitab yang telah beliau karang mencapai 115 kitab. Sejumlah kitab karangan Syeikh Nawawi di antaranya adalah: Sullam al-Munajah (syarah Safinah al-Shalah) dan Nashaih al-‘Ibad (syarah al-Manbahatu ‘ala al-Isti’dad li yaum al-Mi’ad).
Tidak hanya itu saja, Tafsir Al-Munir, Kasyf al-Maruthiyyah (syarah Matan al-Jurumiyyah), Tanqih al-Qaul al-Hatsits (syarah Lubab al-Hadits), Madarij al-Shu’ud (syarah Maulid al-Barzanji), Fath al-Majid (syarah al-Durr al-Farid), Kasyifah al-Saja (syarah Safinah al-Naja) dan ‘Uqud al-Lujain fi Bayan Huquq al-Zaujain juga merupakan karangan dari Syeikh Nawawi.
Sejumlah pakar tafsir menilai kitab tafsir karangan Syeikh Nawawi, Tafsir al-Munir lebih baik dari kitab Tafsir Jalalain yang dikarang oleh dua ulama besar, Imam Jalaluddin al-Suyuthi dan Imam Jalaluddin al-Mahalli yang sangat terkenal itu. Sementra itu kitab fiqih karangan beliau, ’Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain menjadi kitab rujukan utama bagi para santri di sejumlah pesantren di Indonesia selama hampir seabad.
Atas pemahaman mendalamnya tersebut, Syeikh Nawawi mendapat gelar al-Sayyid al-‘Ulama al-Hijaz (Tokoh Ulama Hijaz/Jazirah Arab). Seorang ulama asal Mesir, Syeikh Umar Abdul Jabbar memasukkan nama Syeikh Nawawi dalam kitabnya “Al-Durus min Madhi al-Ta’lim wa Hadlirih bi al-Masjidil al-Haram. Kitab tersebut berisi kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di Masjidil Haram.
Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi menikah dengan gadis asal Tanara, Nyai Nasimah. Buah dari pernikahanya tersebut, Syeikh Nawawi dikaruniai 3 anak: Nafisah, Maryam, Rubi’ah.
Syeikh Nawawi wafat di Mekah pada tanggal 25 syawal 1314 H/ 1897 M. Tapi ada pula yang mencatat tahun wafatnya pada tahun 1316 H/ 1899 M. Syeikh Nawawi dimakamkan di lokasi pemakaman Ma’la yang terletak di Mekah. Makam beliau bersebelahan dengan makam putri Khalifah Islam pertama Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq, Asma binti Abu Bakar al-Siddîq.
Karomah Syeikh Nawawi
1.Diceritakan pada suatu waktu pernah beliau mengarang kitab dengan menggunakan telunjuk beliau sebagai lampu, saat itu dalam sebuah perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam syuqduf yakni rumah-rumahan di punggung unta, yang beliau diami, sementara aspirasi tengah kencang mengisi kepalanya. Syaikh Nawawi kemudian berdoa memohon kepada Allah Ta’ala agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu menerangi jari kanannya yang untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama Marâqi al-‘Ubudiyyah syarah Matan Bidâyah al-Hidayah itu harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuk kirinya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu membawa bekas yang tidak hilang.
2.Karamah beliau yang lain juga diperlihatkannya di saat mengunjungi salah satu masjid di Jakarta yakni Masjid Pekojan. Masjid yang dibangun oleh salah seorang keturunan cucu Rasulullah saw Sayyid Utsmân bin ‘Agîl bin Yahya al-‘Alawi, Ulama dan Mufti Betawi (sekarang ibukota Jakarta),[6] itu ternyata memiliki kiblat yang salah. Padahal yang menentukan kiblat bagi mesjid itu adalah Sayyid Utsmân sendiri.
Tak ayal , saat seorang anak remaja yang tak dikenalnya menyalahkan penentuan kiblat, kagetlah Sayyid Utsmân. Diskusipun terjadi dengan seru antara mereka berdua. Sayyid Utsmân tetap berpendirian kiblat Mesjid Pekojan sudah benar. Sementara Syaikh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat mesti dibetulkan. Saat kesepakatan tak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syaikh Nawawi remaja menarik lengan baju lengan Sayyid Utsmân. Dirapatkan tubuhnya agar bisa saling mendekat.
“ “Lihatlah Sayyid!, itulah Ka΄bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka΄bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak kekiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke Ka΄bah". Ujar Syaikh Nawawi remaja. ”
Sayyid Utsmân termangu. Ka΄bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syaikh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsmân merasa takjub dan menyadari , remaja yang bertubuh kecil di hadapannya ini telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya nur basyariyyah. Dengan karamah itu, di manapun beliau berada Ka΄bah tetap terlihat. Dengan penuh hormat, Sayyid Utsmân langsung memeluk tubuh kecil beliau. Sampai saat ini, jika kita mengunjungi Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser, tidak sesuai aslinya.
3.Telah menjadi kebijakan Pemerintah Arab Saudi bahwa orang yang telah dikubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota. Lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan ini dijalankan tanpa pandang bulu. Siapapun dia, pejabat atau orang biasa, saudagar kaya atau orang miskin, sama terkena kebijakan tersebut. Inilah yang juga menimpa makam Syaikh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.
Terang saja kejadian ini mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil. Pemerintah melarang membongkar makam tersebut. Jasad beliau lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Hingga sekarang makam beliau tetap berada di Ma΄la, Mekah.
Demikianlah karamah Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Tanah organisme yang hidup di dalamnya sedikitpun tidak merusak jasad beliau. Kasih sayang Allah Ta’ala berlimpah pada beliau. Karamah Syaikh Nawawi yang paling tinggi akan kita rasakan saat kita membuka lembar demi lembar Tafsîr Munîr yang beliau karang. Kitab Tafsir fenomenal ini menerangi jalan siapa saja yang ingin memahami Firman Allah swt. Begitu juga dari kalimat-kalimat lugas kitab fiqih, Kâsyifah al-Sajâ, yang menerangkan syariat. Begitu pula ratusan hikmah di dalam kitab Nashâih al-‘Ibâd. Serta ratusan kitab lainnya yang akan terus menyirami umat dengan cahaya abadi dari buah tangan beliau.
http://neomisteri.com/2012/08/mengenal-sosok-syeikh-nawawi-al-bantani/
Kisah Imam Ghozali yang berguru kepada Tukang sol sepatu
Imam Ghazali seorang Ulama besar dalam sejarah Islam, hujjatul islam yang banyak
hafal hadist Nabi SAW. Beliau dikenal pula sebagai ahli dalam filsafat dan
tasawuf yang banyak mengarang kitab-kitab.
Suatu ketika Imam Al Ghazali
menjadi imam disebuah masjid . Tetapi saudaranya yang bernama Ahmad tidak mau
berjamaah bersama Imam Al Ghazali lalu berkata kepadanya ibunya :
"Wahai ibu,
perintahkan saudaraku Ahmad agar shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak
menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya".
Ibu Al Ghazali lalu
memerintahkan puteranya Ahmad agar shalat makmum kepada saudaranya Al Ghazali.
Ahmad pun melaksanakan perintah sang ibu, shalat bermakmum kepada Al
Ghazali.Namun ditengah-tengah shalat, Ahmad melihat darah membasahi perut Imam.
Tentu saja Ahmad memisahkan diri.
Seusai shalat Imam Al Ghazali bertanya
kepada Ahmad, saudaranya itu : " Mengapa engkau memisahkan diri (muffaragah)
dalam shalat yang saya imami ? " . Saudaranya menjawab : "Aku memisahkan diri,
karena aku melihat perutmu berlumuran darah ".
Mendengar jawaban saudaranya
itu, Imam Ali Ghazali mengakui, hal itu mungkin karena dia ketika shalat hatinya
sedang mengangan-angan masalah fiqih yang berhubungan haid seorang wanita yang
mutahayyirah.
Al Ghazali lalu bertanya kepada saudara : "Dari manakah
engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu ?" Saudaranya menjawab, "Aku belajar
Ilmu kepada Syekh Al Utaqy AL-Khurazy yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal
bekas ( Tukang Sol Sepatung) . " Al Ghazali lalu pergi kepadanya.
Setelah
berjumpa, Ia berkata kepada Syekh Al khurazy : " Saya ingin belajar kepada Tuan
". Syekh itu berkata : Mungkin saja engkau tidak kuat menuruti
perintah-perintahku ".
Al Ghazali menjawab : "Insya Allah, saya kuat
".
Syekh Al Khurazy berkata : "Bersihkanlah lantai ini ".
Al Ghazali
kemudian hendak dengan sapu. Tetapi Syekh itu berkata : "Sapulah (bersihkanlah)
dengan tanganmu ". Al Ghazali menyapunya lantai dengan tangannya, kemudian dia
melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu.
Namun
Syekh berkata : " bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu ".
Al Ghazali
lalu bersiap membesihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang
demikian itu Syekh berkata : "Nah bersìhkan kotoran itu dengan pakaian seperti
itu" .
Al Ghazali menuruti perintah Syekh Al Khurazy dengan ridha dan
tulus.
Namun ketika Al Ghazali hendak akan mulai melaksanakan perintah Syekh
tersebut, Syekh langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.
Al
Ghazali pulang dan setibanya di rumah beliau merasakan mendapat ilmu pengetahuan
luar biasa. Dan Allah telah memberikan Ilmu Laduni atau ilmu Kasyaf yang
diperoleh dari tasawuf atau kebersihan qalbu kepadanya.
(Sumber
referansi: Buku Tuntunan Mencapai Hidayah Ilahi hal. 177, 178. Karya Imam Al
Ghazali )
Langganan:
Postingan (Atom)